Kamis, 17 Januari 2013

Peta dan Pemetaan : Pengertian, Prinsip, Teknik, Dasar, Klasifikasi, Tabulasi

Peta dan Pemetaan : Pengertian, Prinsip, Teknik, Dasar, Klasifikasi, Tabulasi - Peta merupakan salah satu alat bantu geografi dalam mengkaji dan menganalisis fenomena fisik dan sosial yang tersebar di muka bumi, fenomena tersebut antara lain pola pengaliran sungai, kawasan hutan, pola pemukiman, jalur transportasi, daerah pertanian, dan pola tata guna lahan (land use). Bagi para petualang yang sering menjelajahi berbagai tempat di muka bumi, peta sangat bermanfaat sebagai pedoman perjalanan ke tempat-tempat atau daerah yang belum diketahui sebelumnya, baik berhubungan dengan jarak tempuh ataupun medan yang akan dilalui. Selain menganalisis kondisi spasial suatu wilayah, berguna pula dalam memprediksi perkembangan berbagai gejala yang ada di muka bumi pada masa yang akan datang.

A. Prinsip-Prinsip Dasar Peta dan Pemetaan

1. Pengertian dan Ruang Lingkup Peta

Peta, sebuah nama yang tidak asing di telinga kita, Anda pun pasti pernah mendengarnya. Akan tetapi, apakah Anda mengerti apa peta itu? Mengapa peta sangat penting untuk digunakan? Bagaimana cara pembuatannya? Peta adalah salah satu media atau alat bantu yang penting dalam studi geografi. Media penting lainnya yang biasa digunakan antara lain globe, foto udara, dan citra satelit.
Peta
Gambar 1. Manfaat Peta dalam Kehidupan Manusia. Peta dapat menginformasikan banyak hal walaupun pengguna peta tidak pernah mendatangi daerah di peta yang digunakannya.
Melalui media peta, seseorang dapat mengamati fenomena fisik dan sosial permukaan bumi secara lebih luas dari batas pandang manusia, meskipun orang tersebut belum pernah mengenalnya secara langsung atau berkunjung ke wilayah tersebut. Sebab, pada dasarnya peta merupakan gambaran sebagian atau seluruh muka bumi dengan semua gejala dan ketampakannya dalam bentuk yang lebih kecil sesuai dengan per bandingan skalanya.

Menurut Perhimpunan Kartografi Internasional (International Cartographic Association, 1976). Peta adalah suatu gambaran atau representasi unsur-unsur ketampakan abstrak yang dipilih dari permukaan bumi, yang ada kaitannya dengan permukaan bumi atau benda-benda angkasa. Pada umumnya, peta digambarkan pada suatu bidang datar dan kemudian diperkecil atau menggunakan skala. Berdasarkan batasan tersebut, kita memperoleh pengertian bahwa pada dasarnya terdapat tiga hal penting yang berkaitan dengan peta, yaitu sebagai berikut.

a. Dipilih

Fenomena dan gejala yang terdapat di permukaan bumi sangat banyak jumlahnya, baik yang bersifat fisikal antara lain, seperti topografi, hidrografi (bentang perairan), struktur batuan pembentuk muka Bumi, maupun fenomena sosial, seperti per sebaran dan kepadatan penduduk, dan batas administrasi wilayah. Komponen-komponen tersebut sangat sulit atau bahkan tidak mungkin digambarkan pada sebuah peta. Hal ini karena, jika dipaksakan, peta akan padat isinya dan tidak komunikatif serta memberikan informasi yang akurat bagi pengguna. Oleh karena itu, pada pem buatan sebuah peta dipilih fenomena muka bumi yang dianggap penting dan berusaha untuk digambarkan sesuai dengan tema dan judul peta.
Peta Administratif Kepulauan Papua
Gambar 2. Peta Administratif Kepulauan Papua. Pemilihan objek yang akan digambarkan pada sebuah peta hendaknya dipilih sesuai dengan tujuan pembuatan peta.
b. Ditransformasikan dalam Bidang Datar

Bumi merupakan benda angkasa yang bentuknya hampir menyerupai bola air raksasa. Karena bentuknya ini, permukaan bumi hampir mirip dengan bidang lengkung (permukaan bola). Salah satu prinsip peta adalah mentransformasi bentuk muka bumi dalam bidang datar, yaitu pada sehelai kertas atau pada bidang yang dapat didatarkan, seperti silinder dan kerucut. Pada kenyataannya, sangatlah sulit menggambarkan bentuk muka Bumi ke dalam bidang datar atau yang dapat didatarkan tanpa adanya kesalahan (kesalahan bentuk, ukuran, maupun jarak). Penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam proses transformasi peta ini dikenal dengan distorsi. Untuk mengurangi kesalahan atau penyimpangan dalam pembuatan sebuah peta, sangat diperlukan sistem proyeksi.
Bentuk Transformasi Bentuk Muka Bumi ke Dalam Bentuk Bidang Datar
Gambar 3. Bentuk Transformasi Bentuk Muka Bumi ke Dalam Bentuk Bidang Datar. Bentuk silinder dan kerucut dibangun dari bentuk geometrik.
c. Diperkecil

Permukaan Bumi merupakan wilayah yang sangat luas. Panjang keliling ekuatornya mencapai 40.000 kilometer. Jika kita ingin menggambarkan muka bumi yang luas ini pada sehelai kertas dengan ukuran yang sama, tentunya sangat sulit. Oleh karena itu, bentuk muka bumi yang tergambar dalam sebuah peta, ukurannya lebih kecil dibanding kan dengan ukuran sebenarnya.
Pembacaan Informasi Peta
Gambar  4. Pembacaan Informasi Peta. Penentuan sebuah tempat dapat dengan mudah ditentukan hanya dengan kemampuan dalam membaca sebuah peta.
Peta juga dapat diartikan sebagai penyajian grafis dari bentuk ruang dan hubungan keruangan antarberbagai perwujudan permukaan Bumi yang diwakilinya. Selain itu, peta juga mengandung arti komunikasi. Artinya, peta merupakan sebuah tanda, saluran, atau penghubung antara pembuat peta dan pembaca atau pengguna peta. Pesan yang ditampilkan dalam sebuah peta, hendaklah mudah dipahami para pembacanya. Oleh karena itu, informasi yang ingin disampaikan dalam peta harus dapat dimengerti oleh pengguna informasi tersebut.

Anda mungkin pernah melihat wisatawan yang berkunjung ke sebuah tempat atau mungkin pula ke kota Anda sendiri. Jika Anda perhatikan dengan saksama, mereka selalu membawa peta situasi daerah yang sedang didatanginya. Mungkin dalam hati Anda bertanya, untuk apa wisatawan itu membawa peta? Jawaban yang paling sederhana, yaitu supaya tidak tersesat. Pernyataan ini sudah menjelaskan arti pentingnya peta dalam kehidupan sehari-hari.

Beberapa fungsi peta lainnya secara umum adalah sebagai berikut.
  1. Menunjukkan posisi atau lokasi suatu wilayah atau objek geografi di muka bumi, baik letak absolut yang didasarkan atas koordinat garis lintang dan bujur, maupun posisi relatif (letak suatu tempat dalam hubungannya dengan tempat lain di sekitarnya). Sebagai contoh lokasi absolut kota Bandung terletak antara 6°54’ LS dan 107°36’ BT, sedangkan posisi relatif Indonesia terletak antara dua benua (Asia di sebelah Utara dan Australia di selatan) dan dua samudra, yaitu Samudra Hindia sebelah barat dan Samudra Pasifik di sebelah timur.
  2. Memperlihatkan ukuran (diukur luas daerah dan jarak).
  3. Memperlihatkan kecenderungan bentuk (benua, pulau, negara, gunung, arah pembangunan).
  4. Menunjukkan ketinggian tempat atau sudut elevasi berbagai wilayah dan objek geografi lainnya.
  5. Mengumpulkan dan menyeleksi data atau informasi dari suatu daerah dan menyajikannya secara grafis dan nongrafis di atas peta sehingga dapat dijadikan salah satu dasar pertimbangan dalam perencanaan pembangunan suatu wilayah atau kawasan.
Peta digunakan manusia melakukan penjelajahan dan penelitian ke berbagai wilayah di muka bumi. Perjalanan tersebut menghasilkan gambaran sebuah wilayah walaupun masih dalam bentuk yang sangat sederhana, yaitu dalam bentuk sketsa. Jadi, peta itu setua dengan kebudayaan aksara.
Posisi Absolut Sebuah Tempat dalam Jaring-Jaring Permukaan Bumi
Gambar 5. Posisi Absolut Sebuah Tempat dalam Jaring-Jaring Permukaan Bumi. Posisi Absolut Kota Bandung antara 6°54’ LS dan 107°36’ BT.
Claudius Ptolomaeus, pada abad ke-2 (87–150 M) mengemukakan mengenai pentingnya peta dalam kehidupan manusia. Kumpulan dari peta karya Claudius Ptolomaeus dibukukan dan diberi nama Atlas Ptolomaeus.
Peta Dunia Pertama, Circa 600 SM
Gambar 6. Peta Dunia Pertama, Circa 600 SM. Peta ini menunjukkan kota Babylonia sebagai sebuah kotak yang dibagi dua oleh dua garis vertikal yang menunjukkan Sungai Eufrat. Lingkaran kecil berarti kerajaan yang ada di sekitarnya dan samudra yang mengelilingi bumi.
Seiring dengan perkembangan zaman dan pola pemikiran manusia, pembuatan peta mengenai berbagai wilayah di muka Bumi pun mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Cabang ilmu geografi yang secara khusus mengkaji mengenai seluk beluk peta dinamakan Kartografi, sedangkan orang yang ahli dalam ilmu perpetaan dinamakan Kartografer atau Kartograf.

Di dalam pengertian yang sempit, istilah kartografi berarti ilmu membuat peta, sedangkan dalam arti luas kartografi merupakan suatu seni, ilmu dan teknik pembuatan peta yang di dalamnya melibatkan ilmu geodesi, fotogrametri, kompilasi, dan reproduksi peta. Tujuan dari kartografi antara lain mengumpulkan dan menganalisis data dari hasil ukuran berbagai pola atau grafis dengan skala tertentu sehingga unsur-unsur tersebut dapat terlihat dengan jelas, mudah dimengerti atau dipahami oleh para pengguna.

2. Proyeksi Peta

Bumi yang menyerupai sebuah bola ternyata memperlihatkan bentuk permukaan yang tidak rata dan beraturan. Ada bagian muka Bumi yang merupakan dataran, bagian yang tinggi seperti punggungan, perbukitan, kubah, dan pegunungan, serta bagian yang yang rendah, seperti lembah, cekungan (depresi), palung, dan sebagainya.

Bentuk muka Bumi yang tidak beraturan mengakibatkan timbulnya kesulitan dalam perhitungan hasil pengukuran langsung di lapangan untuk digambarkan pada bidang datar sebagai sebuah peta. Untuk itu, kita memerlukan bidang lain yang teratur yang mendekati bentuk muka Bumi yang sebenarnya. Bidang tersebut dinamakan Elipsoida. Bidang ellipsoida dengan skala, jarak, dan luas tertentu dianggap sebagai bentuk matematis dari muka Bumi dan dijadikan dasar dalam proyeksi peta.

Proyeksi peta adalah suatu sistem yang memberikan hubungan antara posisi titik-titik di bumi dan di peta. Di dalam sebuah bangunan suatu proyeksi peta, Bumi biasanya digambarkan sebagai bola (jari-jarinya R = 6.370,283 km), volume elipsoida sama dengan volume bola.
Bidang elipsoida Bumi melintang dengan sumbu kutub.
Gambar 7. Bidang elipsoida Bumi melintang dengan sumbu kutub.
Menurut Arthur H. Robbinson (1963) esensi proyeksi peta adalah penyajian bidang lengkung ke bidang datar atau bidang konvensional. Pada kenyataannya, penggambaran bidang lengkung (globe atau bola bumi) tidak dapat dibentangkan begitu saja menjadi bidang datar tanpa mengalami perubahan dan penyimpangan (distorsi). Untuk mengurangi tingkat distorsi itulah, diperlukan proyeksi peta.

Beberapa ketentuan umum dalam proyeksi peta, antara lain sebagai berikut:

a. bentuk yang diubah harus tetap;
b. luas permukaan yang diubah harus tetap;
c. jarak antara satu titik dengan titik lainnya di atas permukaan yang diubah harus tetap; dan
d. sebuah peta yang diubah tidak mengalami penyimpangan arah.

Untuk dapat memenuhi keempat persyaratan dalam mengubah bidang lengkung menjadi sebuah bidang datar tersebut merupakan hal yang tidak mungkin. Apabila dipenuhi salah satu persyaratan, persyaratan lainnya pasti terabaikan. Akibatnya, timbullah berbagai macam jenis proyeksi peta yang dikembangkan oleh para kartograf, dasar pertimbangan, seperti Proyeksi Azimuth, Kerucut, Silinder, Goode Homolosin, Homolografis, dan sebagainya.

Secara umum metode proyeksi peta dapat diklasifikasikan menjadi 2 jenis, yaitu sebagai berikut.

a. Proyeksi Langsung (Direct Projection), adalah metode transformasi atau penggambaran obyek geografis secara langsung dari bidang elipsoida bidang proyeksi, seperti kertas (bidang datar), silinder, atau kerucut.
b. Proyeksi Double, adalah transformasi atau penggambaran obyek geografis secara bertingkat, dari bidang elipsoida bidang bola kemudian bidang bola ke bidang proyeksi.

Adapun pemilihan jenis proyeksi yang digunakan sangat bergantung pada dua hal berikut ini.

a. Bentuk, letak, dan luas daerah yang dipetakan.
b. Ciri-ciri tertentu atau ciri-ciri asli yang akan dipertahankan.
Proyeksi Sinusoidal
Gambar 8. Proyeksi Sinusoidal. Proyeksi Sinusoidal memiliki kesamaan wilayah proyeksi terutama untuk lintang rendah.
Contoh Soal 1 :

Proyeksi peta dalam kartografi diperlukan untuk ....

a. memperbesar peta
b. menggambarkan muka bumi yang bulat ke bidang datar
c. memperkecil peta
d. mengetahui luas daerah pada peta
e. mengetahui isi peta

Kunci Jawaban :

Proyeksi peta diperlukan dalam kartografi untuk menggambarkan muka bumi yang bulat ke bidang datar (b).

Sebagaimana telah dikemukakan banyak sekali jenis proyeksi peta karena berbagai dasar pertimbangan. Beberapa dasar pertimbangan dalam sistem klasifikasi proyeksi peta dapat digolongkan sebagai berikut.

a. Pertimbangan Ekstrinsik

Berdasarkan pertimbangan ekstrinsik, proyeksi dibedakan atas tiga, yaitu sebagai berikut.

1) Bidang Proyeksi

Berdasarkan proyeksi yang digunakan dapat dibedakan ke dalam tiga jenis proyeksi, yaitu sebagai berikut.

a) Sistem proyeksi azimuthal (zenithal projection) yang menggunakan bidang datar atau sehelai kertas sebagai bidang proyeksi.
b) Sistem proyeksi kerucut (conical projection).
c) Sistem proyeksi silinder (mercator projection).
Jenis-Jenis Proyeksi Zenital (Azimutal) Konikal Silindrikal
Gambar 9. Jenis-Jenis Proyeksi a) Zenital (Azimutal) b) Konikal c) Silindrikal
2) Persinggungan

Berdasarkan persinggungannya, proyeksi peta dapat dibedakan ke dalam tiga jenis, yaitu sebagai berikut.
a) Tangen, adalah apabila bola bumi bersinggungan dengan bidang proyeksi.
b) Secan, adalah apabila bola bumi berpotongan dengan bidang proyeksi.
c) Polysuperficial, yang terdiri atas banyak bidang proyeksi.
Jenis-Jenis Proyeksi Berdasarkan Titik Persinggungan Tangen Secan Polysuperficial
Gambar 10. Jenis-Jenis Proyeksi Berdasarkan Titik Persinggungan a) Proyeksi Tangen b) Proyeksi Secan c) Proyeksi Polysuperficial.
3) Posisi Sumbu Simetri terhadap Bidang Proyeksi

Ditinjau dari posisi sumbu simetri terhadap bidang proyeksi dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut.

a) Proyeksi normal (Ortho Projection), adalah jenis proyeksi peta di mana sumbu simetri bidang proyeksi berimpit dengan sumbu bumi.
b) Proyeksi miring (Oblique Projection), adalah jenis proyeksi peta di mana sumbu simetri bidang proyeksi membentuk sudut (miring) dengan sumbu bumi.
c) Proyeksi transversal (Tranversal Projection), adalah jenis proyeksi peta di mana sumbu simetri bidang proyeksi dalam posisi tegak lurus sumbu Bumi atau terletak pada bidang ekuator.
Proyeksi normal miring transversal
Gambar 11. Jenis-jenis Proyeksi Berdasarkan Posisi Sumbu Simetri Terhadap Bidang Proyeksi a) Proyeksi normal b) Proyeksi miring c) Proyeksi transversal
b. Pertimbangan Intrinsik

Berdasarkan pertimbangan intrinsik, proyeksi dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut.

1) Sifat-Sifat Asli

Dilihat dari sifat-sifat asli yang dipertahankan, sistem proyeksi peta dapat dibedakan ke dalam tiga jenis, yaitu sebagai berikut.
a) Proyeksi Ekuivalen. Dalam hal ini, luas daerah dipertahankan sama, artinya luas di atas peta sama dengan luas di atas muka bumi setelah dikalikan skala.
b) Proyeksi Konform. Dalam hal ini, sudut-sudut dipertahankan sama.
c) Proyeksi Ekuidistan. Dalam hal ini, jarak dipertahankan sama, artinya jarak di atas sama dengan jarak di atas muka bumi setelah dikalikan skala.

2) Generasi

Ditinjau dari generasinya dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut.
a) Geometris, terdiri atas proyeksi perspektif atau proyeksi sentral.
b) Matematis, dalam arti tidak dilakukan proyeksi, semuanya diperoleh dengan perhitungan matematis.
c) Semi geometris, sebagian peta diproyeksikan secara geometris dan sebagian titik-titik diperoleh dengan perhitungan matematis.
Persamaan Skala Dalam Globe
Gambar 12. Persamaan Skala Dalam Globe Meskipun skala sama pada semua arah dalam globe, tetapi: (a) perubahan skala harus sesuai dengan semua proyeksi peta; (b) skala sama sepanjang garis paralel tetapi tidak sepanjang garis meridian; (c) skala sama sepanjang garis meridian tetapi tidak sepanjang garis paralel; (d) skala berubah sepanjang garis paralel dan meridian.  
3. Komponen atau Kelengkapan Peta

Pada uraian awal telah dikemukakan bahwa peta itu harus informatif, artinya mudah dibaca dan atau dikenali para pengguna karena pada dasarnya peta merupakan alat yang menyederhanakan bentuk dan potensi yang sebenarnya. Oleh karena itu, peta yang baik harus dilengkapi dengan komponen-komponen peta agar peta mudah dibaca, ditafsirkan dan tidak membingungkan. Beberapa komponen yang harus dipenuhi dalam suatu peta, antara lain sebagai berikut.

a. Judul Peta

Di manakah judul peta harus diletakkan? Judul peta memuat isi peta. Judul peta harus ringkas, padat, dan informatif sebab judul peta dapat menggambarkan kepada pembaca mengenai daerah dan fenomena yang digambarkan dalam peta tersebut.

Contoh :
  1. Peta Penyebaran SMA Negeri dan Swasta di Kota Bandung Tahun 2005.
  2. Peta Pola Penggunaan Tanah Kabupaten Bandung, Tahun 2006.
  3. Peta Persebaran Hutan Produksi di Kalimantan.
  4. Peta Persebaran Gunungapi di Indonesia.
  5. Peta Kawasan Asia Tenggara.
Judul peta merupakan komponen yang sangat penting. Judul peta hendaknya memuat atau mencerminkan keterangan yang relevan dengan isi peta. Pada umumnya, judul peta diletakkan di bagian tengah atas. Namun, judul peta dapat juga diletakkan di bagian lain dari peta, yang penting penempatannya proporsional dan tidak mengganggu informasi dalam peta.
Peta rupabumi digital topografi
Gambar 13. Tata Letak Peta a) Peta rupabumi digital hasil dari Bakosurtanal. b) Peta topografi hasil Direktorat Geologi.
Geografia :

Ketika suatu besaran terdiri atas (panjang, luas) ditransformasikan dari bidang lengkung ke bidang datar, besaran tersebut selalu mengalami pengembangan dan pengerutan. Besaran yang tidak mengalami perubahan (pengembangan atau pengerutan) hanyalah besaran yang merupakan bidang atau garis singgung antara bidang lengkung dan bidang datar tersebut. Ini berarti, bahwa skala yang tercantum pada peta hanya akan berlaku pada titik-titik tertentu atau sepanjang garis tertentu. Skala peta yang sesungguhnya akan lebih besar
atau lebih kecil dari pada skala yang tercantum dalam peta. (Sumber: Kartografi,1989)

b. Skala Peta

Semua peta pada dasarnya merupakan hasil pengecilan dari wilayah permukaan bumi yang dilukiskan dalam bidang datar. Dengan kata lain, tidak pernah ada peta yang merupakan hasil pembesaran bentuk muka Bumi yang sebenarnya. Proses pengecilan obyek geografis tersebut, tentunya meng hasilkan perbandingan antara kenyataan bentuk yang ada di muka bumi degan gambar yang dihasilkan. Angka perbandingan tersebut dikenal dengan istilah skala.

Skala merupakan faktor yang sangat penting dalam sebuah peta. Melalui pengamatan skala, kita dapat membayangkan luas wilayah ataupun jarak antara dua tempat atau yang lebih sesungguh nya di muka bumi. Pada dasarnya, skala adalah perbandingan jarak lurus antara dua titik sembarang atau luas wilayah di peta dengan jarak sebenarnya di lapangan atau di permukaan bumi, dengan satuan ukuran yang sama.

Skala umumnya dinyatakan dalam tiga bentuk, yaitu sebagai berikut.

1) Skala Pecahan (Numerik), adalah skala yang dinyatakan dalam bentuk angka perbandingan atau pecahan.

Contoh :

a) Skala peta 1 : 50.000, skala pecahan ini bisa diinterpretasikan dengan 1 cm pada peta sama dengan 50.000 cm di lapangan atau 1 cm mewakili 0,5 km.
b) Skala peta 1 : 10.000 bisa diterjemahkan satu cm mewakili 1 km. Untuk memudahkan dalam perhitungan jarak dan skala pada peta, dipergunakan persamaan berikut.



2) Skala Garis (Grafis), adalahskala yang dinyatakan dalam bentuk sebuah ruas garis bilangan atau batang pengukur. Contoh :
Skala Garis (Grafis)

Artinya, jarak 1 sentimeter pada peta sebanding dengan 5 kilometer kenyataan sesungguhnya di muka bumi.

3) Skala Kata (Verbal), adalah skala yang dinyatakan dalam bentuk kalimat lengkap.

Contoh :

a) 1 sentimeter pada peta berbanding dengan 500 meter di muka bumi.
b) 1 inchi pada peta mewakili 10 mil di permukaan bumi.

Apabila kita ingin menyajikan data yang lebih rinci, gunakanlah peta yang memiliki skala besar misalnya 1:5.000. Perhatikan, sebuah skala peta disebut skala besar jika bilangan penyebutnya kecil. Sebaliknya, apabila ingin mengetahui asosiasi ketampakan secara keseluruhan, gunakan peta yang memiliki skala kecil, misalnya skala 1:1.000.000.

Skala peta disebut kecil, ketika bilangan penyebutnya besar. Semakin mendekati angka 1, berarti skala petanya semakin besar.

Contoh :

Skala 1:50.000 artinya 1 bagian di peta sama dengan 50.000 jarak yang sebenarnya di lapangan. Apabila digunakan ukuran satuan cm, berarti 1 cm jarak di peta sama dengan 50.000 cm atau 1 cm di peta sama dengan jarak 0,5 km di lapangan.
Perbandingan Kenampakan Wilayah Melalui Skala
Gambar 14. Perbandingan Kenampakan Wilayah Melalui Skala Ketampakan suatu wilayah dalam peta dipengaruhi oleh penggunaan skala.
c. Legenda atau Keterangan

Pada dasarnya Peta merupakan penyederhanaan dari bentuk yang sebenarnya. Oleh karena merupakan penyederhanaan, sudah pasti peng gambaran fenomena permukaan bumi memerlukan simbol-simbol. Bahkan ada juga pihak yang menyatakan bahwa peta itu merupakan bahasa simbolik. Agar simbol-simbol tersebut lebih teratur, pemuatannya harus dikonsentrasikan pada tempat khusus, yaitu dalam kotak legenda.

Legenda pada peta harus menerangkan arti dari simbol-simbol yang terdapat pada peta. Legenda harus menjadi alat untuk mempermudah dan membantu pemahaman para pembaca terhadap isi peta. Pada umumnya, legenda diletakkan di pojok kiri bawah peta. Namun, dapat juga diletakkan pada bagian lain, sepanjang tidak mengganggu ketampakan peta secara keseluruhan, dan kemenarikan peta itu sendiri.

d. Tanda Orientasi

Tanda orientasi sering pula dinamakan diagram petunjuk arah. Kelengkapan peta ini sangat penting artinya bagi para pembaca atau pengguna peta, terutama untuk menunjukkan posisi dan arah suatu titik maupun wilayah. Pada peta-peta umum yang Anda lihat seperti peta dinding maupun atlas, diagram penunjuk arah biasanya berbentuk tanda panah yang menunjuk ke arah utara peta. Namun, ada pula yang digambarkan secara lengkap, yaitu arah utara, selatan, barat, timur, atau menunjukkan arah yang lebih lengkap. Petunjuk ini dapat diletakkan di bagian mana saja dari peta, sepanjang tidak mengganggu ketampakan peta.
Simbol Arah Utara
Gambar 15. Simbol Arah Utara Pada peta umum dapat ditemukan beragam simbol penunjukkan arah utara.
e. Diagram Deklinasi

Pada peta topografi, penunjukkan diagram arah utara biasanya terdiri atas tiga macam arah utara, yaitu sebagai beikut.
  1. Utara peta atau utara grid (Grid North), adalah arah utara dari peta topografi tersebut yang arahnya sejajar dengan garis-garis vertikal grid.
  2. Utara magnetik (Magnetic North), adalah arah utara yang menunjuk ke titik kutub utara magnet bumi.
  3. Utara sesungguhnya (True North), adalah arah utara yang menunjuk ke titik kutub utara bumi.
Ada kalanya ketiga arah utara tersebut tidak berhimpit, tetapi membentuk sudut penyimpangan yang besarnya beberapa derajat atau menit. Penyimpangan arah utara peta dengan utara lainnya dikenal dengan istilah deklinasi.
Diagram Deklinasi
Gambar 16. Diagram Deklinasi a) Hubungan di antara tiga jenis Utara. b) Azimuth bisa ditentukan dengan mengacu pada tiga Utara.
f. Simbol dan Warna

Mengingat peta merupakan penyederhanaan bentuk yang sebenarnya, isi sebuah peta pasti sarat dengan simbol. Ada sebagian para ahli yang mengemukakan bahwa pada dasarnya peta merupakan suatu himpunan simbol-simbol yang fungsinya sebagai gambar pengganti dari gejala atau objek geografis yang ada di permukaan bumi.

Selain penggunaan berbagai simbol yang menunjukkan setiap karakteristik bentuk permukaan bumi, digunakan pula simbol dan warna. Simbol ini ditandai dengan gradasi warna dari warna yang ketampakannya gelap sampai terang.
Simbol Peta
Gambar 17. Simbol Peta. Beberapa simbol yang biasa digunakan dalam peta.
1) Simbol Peta

Pada bagian awal telah dibahas bersama, bahwa salah satu manfaat peta adalah sebagai media atau sarana informasi dan komunikasi antara si pembuat peta dan pembaca atau pengguna peta. Agar pesan yang disampaikan pembuat peta dapat diterima dengan mudah dan benar oleh para penggunanya, tentunya peta harus hendak nya mudah dimengerti, komunikatif, dan tidak membingungkan. Pemuatan simbol pada peta dimaksudkan agar informasi yang disampaikan tidak membingungkan. Oleh karena itu, simbol-simbol dalam peta harus memenuhi berbagai persyaratan sehingga dapat menginformasikan hal-hal yang digambarkan dengan tepat. Beberapa syarat tersebut antara lain:

a) sederhana;
b) mudah dimengerti tidak membingungkan;
c) bersifat umum.

Berbagai jenis bentuk simbol banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, seperti terdapat dalam berbagai jenis marka jalan, peta, atlas, maupun globe. Ada kalanya simbol yang menggambarkan ketampakan muka bumi yang sama, memiliki bentuk yang berbeda antara peta yang satu dengan lainnya. Dari berbagai macam jenis simbol tersebut, dapat dikelompokkan berdasarkan bentuk, sifat, dan fungsinya.

a) Berdasarkan Bentuknya

Berdasarkan bentuknya, simbol peta dapat dibedakan menjadi enam kategori, yaitu sebagai berikut.
  1. Simbol titik, adalah simbol yang digunakan untuk menyajikan tempat atau data posisional, seperti simbol kota, gunung, pertambangan, titik trianggulasi (titik ketinggian), dan tempat dari permukaan laut.
  2. Simbol garis, adalah simbol yang digunakan untuk menyajikan data geografis yang bersifat kualitatif, seperti sungai, batas wilayah, dan jalan.
  3. Simbol wilayah (area), adalah simbol digunakan untuk menunjukkan ketampakan wilayah, seperti rawa, hutan, dan padang pasir.
  4. Simbol aliran, adalah simbol untuk menyatakan alur dan gerak suatu fenomena.
  5. Simbol batang, adalah simbol digunakan untuk menyatakan harga suatu fenomena dibandingkan dengan harga fenomena yang lain.
  6. Simbol lingkaran, adalah digunakan untuk menyatakan kuantitas dalam bentuk rasio dan persentase. Simbol bola, digunakan untuk menyatakan isi (volume), semakin besar bola menunjukkan volumenya semakin besar dan sebaliknya semakin kecil bola, berarti volumenya semakin kecil.
Simbol Peta
Gambar 18. Simbol Peta Beberapa simbol area yang dimodifikasi sesuai dengan wilayah yang ditampakkannya.
b) Berdasarkan Sifatnya

Berdasarkan sifatnya, simbol dapat dibedakan ke dalam dua kategori, yaitu sebagai berikut.

(1) Simbol Kualitatif

Simbol kualitatif digunakan untuk membedakan persebaran fenomena dan atau benda yang digambarkan, seperti untuk menggambarkan penyebaran jenis hutan, jenis tanah, penduduk, dan fasilitas pendidikan. Simbol kualitatif hanya membedakan penyebaran jenisnya tanpa ukuran yang tegas.
Simbol Kualitatif peta
Gambar 19. Simbol Kualitatif Penggunaan simbol kualitatif untuk menunjukkan perbedaan jenis tanah.
(2) Simbol Kuantitatif

Simbol kuantitatif digunakan untuk membedakan atau menyatakan jumlah. Pada simbol-simbol yang bersifat kuantitatif, biasanya terdapat gradasi, baik dalam bentuk arsiran maupun warna. Adanya gradasi arsiran dari rapat sampai renggang ataupun warna dari warna gelap sampai renggang, menggambarkan perubahan kuantitas atau interval nilai dari nilai yang tertinggi sampai terendah.
Simbol Kuantitatif
Gambar 20. Simbol Kuantitatif Penggunaan simbol kuantitatif yang menggambarkan perubahan kuantitatif nilai.
c) Berdasarkan Lokasi dan Fungsinya

Berdasarkan lokasinya, kita mengenal simbol-simbol di wilayah daratan, antara lain gunung, kota, dataran rendah, rel kereta api, dan jalan raya. Simbol perairan, misalnya danau, sungai, laut, dan rawa. Adapun contoh simbol berdasarkan fungsinya, antara lain simbol budaya, seperti candi, keraton, dan taman buatan manusia.

2) Warna

Pemakaian warna pada suatu peta tentu akan memberikan makna tersendiri bagi pembuat dan juga para penggunanya. Tidak ada peraturan yang baku mengenai penggunaan warna dalam peta. Jadi, penggunaan warna adalah bebas, sesuai dengan maksud atau tujuan si pembuat peta, dan kebiasaan umum. Meskipun bebas, tetap saja harus diperhatikan unsur-unsur kesesuaian dan kemenarikan.

Beberapa contoh penggunaan warna yang umum dalam peta, antara lain sebagai berikut.

a) Laut, danau, dan sungai digunakan warna biru.
b) Temperatur (suhu) digunakan warna merah atau cokelat.
c) Curah hujan digunakan warna biru atau hijau.
d) Daerah pegunungan tinggi atau dataran tinggi (2000–3000 meter) digunakan warna cokelat tua.
e) Dataran rendah (pantai) ketinggian 0–200 meter dari permukaan laut digunakan warna hijau.

Dilihat dari sifatnya, warna pada peta dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu yang bersifat kualitatif dan yang bersifat kuantitatif.

g. Sumber dan Tahun Pembuatan Peta

Salah satu kelengkapan yang harus ada dan dapat menunjukkan baik tidaknya sebuah peta adalah pencantuman sumber dan tahun pembuatan peta. Sumber data yang akan digunakan dalam peta dapat diperoleh melalui dua cara, yaitu survei langsung ke lapangan (data primer) atau menggunakan data-data yang telah ada sebelumnya (data sekunder).

Pencantuman sumber kutipan data yang dipakai dalam peta dapat menunjukkan:
  1. pengakuan pembuat peta akan validitas data yang telah dihasilkan oleh si pembuat data atau pengumpul data;
  2. legalisasi peta yang dihasilkan.
Di dalam pengambilan data yang akan digunakan untuk isi peta, ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh pembuat peta, yaitu sebagai berikut.
  1. Relevansi data terhadap peta yang akan dihasilkan.
  2. Sumber data yang akurat.
  3. Aktualisasi data terhadap peta.
Penggunaan sumber data yang cepat dan akurat bukan saja hasilnya akan baik, tetapi lebih dari itu memberi kepastian kepada penggunaan peta mengenai keabsahan data tersebut. Semakin lengkap, akurat, dan benar data yang tercantum dalam sebuah peta, berarti peta akan semakin banyak diakses oleh berbagai pihak dibanding dengan peta lainnya.

Selain sumber peta, titik perhatian juga terfokus pada tahun pembuatan peta. Dengan pencantuman tahun pembuatan peta, para pengguna peta dapat dengan mudah mengkaji berbagai kecenderungan perubahan fenomen dari waktu ke waktu.
logo Bakosurtanal
Gambar 21. Bakosurtanal merupakan salah satu lembaga yang memproduksi peta topografi di Indonesia.
Contoh instansi pemerintah di negara Indonesia yang memiliki kewenangan dalam membuat dan mempublikasikan peta, antara lain Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal), Direktorat Topografi Angkatan Darat, dan Laboratorium Kartografi Museum Geologi.

Contoh :

DICETAK DAN DITERBITKAN OLEH:
BADAN KOORDINASI SURVEI DAN PEMETAAN
NASIONAL (BAKOSURTANAL)
JL. RAYA JAKARTA-BOGOR KM. 46 TLP:(021) 8752062 FAX:
62-21-8752064
TLX : 48035 BAKOSTIA CIBINONG 16911 - BOGOR

Tokoh 

Gerardus Mercator
Gerardus Mercator

Gerardus Mercator (1512-1594) Ia menciptakan proyeksi Mercator, jenis proyeksi yang dibuat khusus untuk keperluan navigasi. Peta pertamanya dibuat tahun 1537 dan pada 1541, ia menyelesaikan pembuatan globe teresterial. (Sumber: www.sulinet.hu dan Microsoft ® Encarta ® 2006. © 1993-2005 Microsoft Corporation)

Geografia :

Ada lima warna pokok yang umumnya digunakan pada peta topografi, yaitu sebagai berikut.
  1. Hitam, digunakan untuk detail planimetris, detail penghunian, lettering, tumbuhan karang dan tapal batas.
  2. Biru, digunakan untuk unsur hidrografi (air) termasuk nama unsur tersebut seperti sungai, danau, dan laut.
  3. Hijau, umumnya digunakan untuk memberi tanda pada bentuk tumbuhan (vegetasi).
  4. Cokelat, digunakan untuk kontur atau jalan raya.
  5. Merah, digunakan untuk memperlihatkan jalan raya, terutama untuk jalan yang penting dan untuk bentuk gedung-gedung.
(Sumber: Kartografi,1989)

B. Teknik Dasar Pembuatan Peta dan Pemetaan

Umumnya kita mengenal peta sebagai gambar rupa muka bumi pada suatu bidang datar atau selembar kertas dengan ukuran yang lebih kecil atau diskalakan. Bentuk rupa bumi yang digambarkan dalam sebuah peta meliputi unsur-unsur alamiah dan unsur-unsur buatan manusia. Kemajuan teknologi komputer secara nyata telah mampu memperluas wahana dan wawasan kita mengenai peta.

Dewasa ini selembar peta tidak hanya dikenali sebagai gambar pada lembar kertas, tetapi bentuk penyajiannya pun sudah mulai beralih ke dalam bentuk data digital yang di dalamnya telah terpadu antara gambar, citra, dan teks.

Peta yang terkelola dalam mode digital, memiliki keuntungan penyajian dan penggunaan secara konvensional peta hasil cetakan (hardcopy) dan keluwesan, kemudahan penyimpanan, pengelolaan, pengolahan, analisis, dan penyajiannya secara interaktif bahkan real time pada media komputer (softcopy).
Peta Digital Kepadatan Penduduk Negara India
Gambar 21. Peta Digital Kepadatan Penduduk Negara India. Peta berbentuk digital memiliki berbagai keuntungan dibandingkan dengan peta yang dihasilkan secara konvensional.
Penggambaran rupa bumi dapat diperoleh dengan melakukan berbagai pengukuran di antara titik-titik di permukaan bumi. Pengukuran tersebut meliputi besaran-besaran arah, sudut, jarak, dan ketinggian. Apabila data besaran-besaran itu diperoleh dari hasil pengukuran langsung di lapangan, pemetaan dilakukan dengan cara teristris. Akan tetapi, jika cara pengukuran sebagian dari pengukuran tidak langsung, seperti cara fotogrametris dan penginderaan jauh dikatakan sebagai pemetaan cara ekstrateristris.

Geografia : 

Maksud dan tujuan otomatisasi kartografi di dalam pembuatan peta, secara garis besarnya adalah sebagai berikut.
  1. Mempercepat pembuatan peta.
  2. Membuat bank data kartografi.
  3. Memperbaiki kualitas peta.
  4. Mengurangi biaya.
  5. Mengurangi tenaga manusia.
  6. Dapat dipakai untuk menghitung analisis statistik dan proyeksi peta.
Sumber: Kartografi,1987

1. Prinsip Dasar Pembuatan Peta

Kartografi adalah seni pembuatan peta. Tujuannya mengumpulkan dan menganalisis data dari hasil ukuran berbagai pola atau unsur permukaan bumi dan menyatakan unsur-unsur tersebut dengan skala tertentu. Sebagai sebuah sistem komunikasi, kartografi memuat berbagai unsur yang saling memengaruhi antara satu unsur dan unsur lainnya. Unsur-unsur tersebut dapat dibagankan sebagai berikut.
Bagan Sistem Komunikasi Kartografi
Gambar 22. Bagan Sistem Komunikasi Kartografi.
Sistem komunikasi yang terdapat dalam kartografi terdiri atas empat jenis, yaitu sebagai berikut.

a. Numeracy, adalah jenis komunikasi kartografi matematis.
b. Articulacy, adalah jenis komunikasi kartografi dengan berbicara.
c. Literacy, adalah jenis komunikasi kartografi dengan penggunaan huruf.
d. Graphicacy, adalah jenis komunikasi kartografi dengan gambar simbol.

Jenis komunikasi dengan gambar simbol inilah (graphicacy) yang dipakai dalam kartografi. Dalam pembuatan peta, ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Langkah-langkah pokok dalam pembuatan peta adalah sebagai berikut.

a. Menentukan daerah yang akan dipetakan.
b. Membuat peta dasar (base map), yaitu peta yang belum diberi simbol.
c. Mencari dan menggolongkan data sesuai dengan tujuan pembuatan peta.
d. Menentukan simbol-simbol yang merupakan representasi data.
e. Memplot simbol pada peta dasar.
f. Membuat legenda.
g. Melengkapi peta dengan tulisan (lettering) secara baik dan benar, serta menarik.
Penulisan Atribut Ketinggian Pada Peta
Gambar 23. Penulisan Atribut Ketinggian Pada Peta Penulisan untuk ketinggian harus diatur berdasarkan ketinggian tempat secara berurutan.
a. Penulisan pada Peta

Jika memperhatikan tulisan pada peta, nampak antara peta yang satu dengan yang lain masih ada perbedaan. Khusus untuk membuat tulisan (lettering) pada peta ada kesepakatan di antara para ahli, yaitu sebagai berikut.
  1. Nama geografis ditulis dengan menggunakan bahasa atau istilah yang biasa digunakan penduduk setempat. Misalnya, Sungai ditulis Ci untuk Jawa Barat dan sebagian DKI, Kreung untuk Aceh, Way untuk Lampung, dan Kali untuk Jawa Tengah, DIY dan Jawa Timur. Nama sungai ditulis searah dengan aliran sungai dan menggunakan huruf miring. Misalnya Ci Tarum, Kali Berantas, Kali Progo, dan Way Kambas.
  2. Nama-nama objek geografis berupa kawasan perairan, sepertidanau, laut, sungai, waduk, ditulis dengan huruf miring. Contohnya Laut Jawa, Sungai Ci Manuk, Danau Toba, dan Samudera Hindia.
  3. Nama jalan ditulis harus searah dengan arah jalan tersebut dan ditulis dengan huruf cetak kecil.
b. Memperbesar dan Memperkecil Peta

Setelah memahami langkah-langkah pembuatan peta, macam-macam simbol peta dan penggunaannya. Sekarang, marilah kita pelajari cara memperbesar dan memperkecil peta. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk memperbesar maupun memperkecil peta, yaitu dengan penggunaan metode pembuatan kotak-kotak grid, fotokopi, maupun dengan alat pantograf.

1) Memperbesar Peta

Beberapa cara yang dapat Anda lakukan untuk memperbesar peta, yaitu sebagai berikut.

a) Memperbesar Grid (Sistem Grid)

Langkah-langkah yang harus Anda lakukan adalah sebagai berikut.
  1. Buat grid pada peta yang akan diperbesar.
  2. Buat grid yang lebih besar pada kertas yang akan digunakan untuk menggambar peta baru. Untuk Pembesarannya sesuai dengan rencana pembesaran, misalnya 1 kali, 2 kali, 100 %, dan 200 %.
  3. Memindahkan garis peta sesuai dengan peta dasar ke peta baru.
  4. Mengubah skala, sesuai dengan rencana pembesaran. Ketentuan perubahan skala dalam memperbesar dan memperkecil peta adalah jika peta diperbesar, penyebut skala harus dibagi dengan bilangan n. Namun, sebaliknya jika peta diperkecil sebesar n kali, penyebut skala harus dikali dengan bilangan n. Berikut ini gambar yang menjelaskan pengaruh dari skala sebagai komponen peta terhadap tampilan peta itu sendiri.
Pengaruh dari Skala
Gambar 24. Pengaruh dari Skala Perbedaan skala peta berpengaruh terhadap keluasan dan cakupan tampilan wilayah di permukaan bumi.
b) Fotokopi

Cara lain memperbesar peta adalah dengan fotokopi. Peta yang akan diperbesar atau diperkecil, sebaiknya menggunakan skala garis. Peta yang menggunakan skala angka atau bilangan, sebenarnya dapat pula diperbesar dan diperkecil ukurannya dengan menggunakan mesin fotokopi. Namun, sebelum peta tersebut di fotokopi, skala bilangan yang terdapat dalam peta perlu diubah dulu ke skala garis. Jika skala peta 1 : 100.000 diubah dari skala angka ke skala garis hasilnya menjadi:
skala garis
Artinya, jarak 1 cm di peta mewakili jarak 1 km di lapangan sebenarnya.

c) Menggunakan Pantograf

Pantograf adalah alat untuk memperbesar dan memperkecil peta. Dulu, alat ini terbuat dari kayu yang telah diserut menjadi halus, dilengkapi dengan pensil dan paku yang ditumpulkan terlebih dahulu.

2) Memperkecil Peta

Cara memperkecil peta, sebenarnya tidak jauh berbeda dengan teknik memperbesar skala peta. Terdapat tiga alternatif teknik yang dapat Anda gunakan untuk memperkecil peta. Ketiga teknik tersebut adalah sebagai berikut.

a) Memperkecil peta dengan bantuan grid peta yang diperkecil.
b) Fotokopi peta.
c) Pantograf.
Prinsip Kerja Pantograf
Gambar 25. Prinsip Kerja Pantograf Penggambaran dengan menggunakan pantograf dilakukan dengan mengikuti bentuk asli berdasarkan ketampakan dalam peta tersebut.
Pantograf dapat mengubah ukuran peta sesuai dengan ukuran yang diinginkan. Pada dasarnya, kerja pantograf berdasarkan prinsip kerja jajaran genjang. Tiga dari empat sisi jajaran genjang (a, b dan c) memiliki skala faktor yang sama. Skala pada ketiga sisi tersebut dapat diubah sesuai kebutuhan. Adapun formulasi yang digunakan adalah:


Contoh Soal 2 :

Suatu peta akan diperbesar 5 kali lipat.

Diketahui:

m = 1 (besar peta yang asli)
M = 2 (besar peta yang akan dibuat)
Skala faktor = ½ x 500 = 250

Setelah diperoleh besarnya skala faktor, kemudian pantograf diatur sedemikian rupa sehingga masing-masing lengan pantograf memiliki skala faktor sama dengan 250.

Caranya :

Peta yang akan diperbesar letakkan ditempat B dan kertas gambar kosong letakkan di tempat gambar A yang sudah dilengkapi pensil. Kemudian, gerakkan B mengikuti peta asal. Dalam proses penjiplakan, harus dilakukan dengan hati-hati, agar peta yang akan dijiplak tidak mengalami kerusakan.

2. Membaca Peta

Anda pasti sepakat bahwa peta itu akan memiliki makna jika dapat memberikan informasi yang dibutuhkan. Persyaratan utamanya adalah harus memiliki kemampuan untuk membaca peta.
Garis Kontur pada Peta Topografi
Gambar 26. Garis Kontur pada Peta Topografi. Ketinggian sebuah tempat di permukaan bumi dapat dengan mudah diketahui dari ketampakan garis kontur dalam peta topografi.
Dalam membaca peta, Anda harus memahami dengan baik semua simbol atau informasi pada peta. Jika Anda dapat membaca peta dengan baik akan memiliki gambaran lengkap mengenai keadaan wilayah pada peta. Meskipun mungkin belum pernah melihat atau mengenal wilayah tersebut secara langsung.

Ada beberapa hal yang perlu diketahui dalam membaca peta, antara lain sebagai berikut.
  1. Isi peta dan tempat yang digambarkan.
  2. Posisi lokasi daerah yang digambar akan diketahui melalui koordinat garis lintang dan garis bujur.
  3. Arah dapat diketahui melalui tanda orientasi.
  4. Jarak dan luas sebenarnya diketahui melalui skala peta.
  5. Ketinggian tempat diketahui melalui titik triangulasi atau ketinggian dan melalui garis kontur.
  6. Kemiringan lereng diketahui melalui interval kontur.
  7. Sumber daya alam dan sumber daya budaya diketahui melalui legenda.
  8. Fenomena alam dan budaya, misalnya relief, pegunungan atau gunung, lembah atau sungai, jaringan lalu lintas, persebaran kota, dan perumahan diketahui melalui simbol dan keterangan peta.
Fenomena alam atau budaya yang telah Anda amati, selanjutnya harus dapat ditafsirkan dan asosiasikan keterkaitannya. Misalnya, sebagai berikut.
  1. Peta yang banyak menampilkan pegunungan atau perbukitan akan dicirikan dengan ketampakan garis kontur yang rapat sampai sangat rapat. Ketampakan garis kontur yang rapat menunjukkan kemiringan lereng yang terjal–sangat curam (>45°). Selain itu, lembah-lembah di lereng-lereng biasanya dalam yang diakibatkan pengikisan air hujan dan sangat mudah ditemukan sumber air di lembahnya. Pada umumnya fenomena pegunungan atau perbukitan ditumbuhi oleh kategori hutan rapat sehingga sangat memungkinkan untuk terjadinya air larian di bagian lembahnya.
  2. Permukiman dengan pola menyebar dapat ditunjukkan oleh ketam pakan garis kontur yang jarang. 
Penggabungan Plastik Transparansi dan Peta Garis Kontur
Gambar 26. Penggabungan Plastik Transparansi dan Peta Garis Kontur Penggabungan penutup plastik dengan kontur menghasilkan visual efek dari suatu relief..
Apakah Anda mendapatkan manfaat dari hasil membaca sebuah peta? Begitu banyak manfaat yang dapat Anda peroleh dengan membaca peta, antara lain sebagai berikut.
  1. Mengetahui jarak lurus antara dua buah tempat di permukaan Bumi hanya dengan menggunakan penggaris, kemudian hasilnya dikalikan dengan penyebut skala peta.
  2. Pengetahuan kondisi alami suatu wilayah tanpa Anda mengunjungi tempat yang bersangkutan. Misalnya, masyarakat pedalaman yang tinggal di hutan Kalimantan rata-rata terisolasi dari daerah lainnya. Interprestasinya, yaitu daerah tersebut berada di wilayah pegunungan sehingga menyusahkan pemantauannya melalui sarana transportasi.
  3. Menginterpretasi bentuk suatu wilayah dengan menggunakan bantuan garis kontur.
  4. Penyebaran lokasi pemukiman dapat dicirikan dari ketampakan fisik pada peta. Dari hasil ketampakan itulah, Anda dapat menginterpretasi keadaan lahannya.
Bagaimana, mudah bukan? Anda dapat melakukannya sendiri-sendiri. Contoh aplikasi tersebut hanya terdiri atas beberapa subjek saja dengan analisis singkat tersebut tentunya. Anda hanya harus terus berlatih untuk mempelajarinya.

c. Alat Bantu Sederhana dalam Pembuatan Peta

Anda harus belajar membuat peta. Pembuatan peta dapat dilakukan secara sederhana. Proses pembuatannya meliputi pengukuran langsung dan pembuatan peta tematik secara sederhana. Mulailah dengan pemetaan daerah sempit, kemudian dilanjutkan secara bertahap hingga mencakup daerah yang lebih luas.

Alat yang dapat digunakan adalah kompas magnetik dan pita ukur, panjangnya 50 meter dan dapat digulung. Pengukuran dilakukan dengan penggunaan metode berantai (chain survey).

Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam metode pembuatan peta dengan alat bantu sederhana.
  1. Unsur-unsur yang diukur meliputi sudut arah (azimuth magnetik) dan jarak.
  2. Tahap pengukuran dimulai dari daerah yang sempit, kemudian diteruskan secara bertahap ke wilayah yang relatif lebih luas.
  3. Sudut arah (azimuth magnetik) diukur dengan menggunakan kompas magnetik. Jarak dapat diukur dengan menggunakan pita ukur dari logam tipis yang dapat digulung, misalnya pita ukur sepanjang 50 meter.
  4. Pengukuran jarak dan arah (azimuth magnetik) dilakukan pada garis ukur pokok atau segment garis.
1) Teknis Pengukuran Arah dan Jarak

a) Sudut Arah (Azimuth)

Tanda orientasi merupakan salah satu unsur utama proses pengukuran. Setiap peta memiliki arah utama yang ditunjukkan ke arah atas (utara). Apabila Anda memperhatikan suatu peta yang lengkap, terdapat tiga arah utara yang sering digunakan dalam suatu peta, yaitu sebagai berikut.
  1. Arah utara magnetis, adalah utara yang menunjukkan kutub magnetis.
  2. Arah utara sebenarnya, sering pula dinamakan utara geografis, atau utara arah meridian.
  3. Arah utara grid, adalah utara yang berupa garis tegak lurus pada bidang horizontal di peta.
Diagram Deklinasi Peta Rupabumi
Gambar 27. Diagram Deklinasi Peta Rupabumi Bandung Tahun 2001 Cara memperbesar peta dengan memperbesar grid.
Keterangan:

US : Utara Sebenarnya (Geografi)
UTM : Utara Grid (Universal Transfer Mercator)
UM : Utara Magnetik

Deklinasi magnetik rata-rata -6’ pada tahun 2001 di pusat lembar peta. Deklinasi tersebut tiap tahun berkurang 1’. (Sumber: Peta Rupabumi Digital Indonesia 1:25.000 Lembar 1209-311 Bandung)

Ketiga macam arah utara berbeda pada setiap tempat. Perbedaan ketiga arah utara ini perlu diketahui sehingga tidak terjadi kesalahan dalam pembacaan arah peta. Jika salah menafsirkan arah orientasi, berarti tanpa disadari kita telah tersesat.
Gambar 28. Sudut Arah Utara Magnetik.
Arah utara magnetis merupakan arah utara yang paling mudah ditetapkan, yaitu dengan pertolongan kompas magnetik. Perbedaan sudut antara utara magnetis dengan arah suatu objek ke tempat objek lain searah jarum jam disebut sudut arah atau dikenal juga dengan sebutan azimuth magnetik. Pada peta yang dibuat dengan menggunakan kompas, perlu diberikan penjelasan bahwa utara yang digunakan adalah utara magnetis.

Contoh :

Azimuth Magnetis AB (Az, AB) = 70º
Azimuth Magnetis AC (Az, AC) = 310º

b) Pengukuran Jarak

Perlu Anda ketahui, bahwa jarak yang dapat digambarkan secara langsung pada peta adalah jarak horizontal, bukan jarak miring.
Jarak Miring dan Jarak Horizontal
Gambar 29.Jarak Miring dan Jarak Horizontal.
Untuk jarak yang pendek dilakukan dengan merentangkan pita dan menggunakan waterpass sehingga mendekati jarak horizontal. Untuk jarak yang panjang dilakukan secara bertahap. Jarak horizontal A–D adalah d1 + d2 + d3.
Cara Pengukuran Sederhana Pada Daerah Miring
Gambar 30. Cara Pengukuran Sederhana Pada Daerah Miring.

Untuk wilayah yang relatif datar, pengukuran jarak tidak mengalami masalah. Namun pada daerah yang tidak datar kadangkala terdapat hambatan. Hambatan ini terutama terjadi pada daerah datar yang memiliki garis ukur yang relatif panjang, yaitu adanya objek penghalang seperti sungai atau kolam. Membuat garis tegak lurus terhadap garis ukur pada titik A sehingga diperoleh garis AC.
Pengukuran sungai
Gambar 30. Pengukuran Tahap 1 Sungai, Garis pengukuran titik A–B, dan Garis C.
Menempatkan titik D tepat ditengah-tengah AC. Kemudian, menarik garis dari B ke D hingga di bawah titik C. Kemudian, membuat garis tegak lurus ke bawah terhadap garis AC dari titik C, sehingga terjadi perpotongan (titik E). Pada Gambar 1.27, diperoleh segitiga ABD dan CED yang sama dan sebangun sehingga jarak AB yang akan diukur sama dengan jarak CE.
Pengukuran sungai
Gambar 31. Pengukuran Tahap 2 Sungai dan Garis pengukuran titik A–B, C–D, D–E.
2) Tahapan Pengukuran Jarak dan Arah

Agar pengukuran jarak dan arah tidak terlalu banyak mengalami penyimpangan, perlu dilakukan secara bertahap. Misalkan akan memetakan jalur jalan A–B, tahapan pengukuran yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut.

a) Lakukan pengukuran garis-garis ukur pokok, meliputi ukuran pokok yang ditunjukkan oleh garis 1–2, 2–3, 3–4, dan 4–5. Azimuth magnetis diukur dari utara magnetis (UM) ke garis pokok.
b) Apabila di sepanjang jalur jalan tersebut terdapat objek-objek tertentu, seperti bangunan, dan aliran sungai, objek tersebut dapat dipetakan dengan cara mengukur jarak tegak lurus dari titik pada garis ukur pokok ke titik yang mewakili objek tersebut. Garis ini disebut offset. Pada contoh berikut, terdapat objek rumah di pinggir garis ukur pokok 1–2.
Pengukuran sungai
Gambar 32. Pengukuran Tahap 3 Hasil pengukuran diperoleh segitiga ABD dan CED.
Pada gambar tersebut di atas. offset 1, 2, 3, 4, dan 5 dibuat tegak lurus terhadap garis ukur dari titik A ke titik A¹. Panjang offset 2 diukur dari titik a ke titik a¹, dan seterusnya.

3) Penggambaran dan Scribing

Penggambaran dan scribing secara manual merupakan pekerjaan yang penting dalam memproduksi peta. Di dalam pemetaan secara photogrametris, biasanya plotting dilakukan dengan pensil di atas kertas tidak tembus cahaya (opaque paper) atau material lain yang tembus pandang.

Pekerjaan penggambaran kembali dilakukan oleh seksi kartografi agar diperoleh gambar yang lengkap dengan standar yang memenuhi persyaratan untuk peta akhir. Jika peta yang akan dibuat terdiri atas beberapa warna maka penggambarannyapun dilakukan terpisah untuk setiap warna.

Secara umum, terdapat dua teknik utama yang digunakan untuk membuat garis-garis di dalam kartografi reproduksi, yaitu sebagai berikut.

a) Penggambaran dengan Pena dan Tinta

Ada dua hal yang perlu diperhatikan untuk mendapatkan hasil gambar yang baik, yaitu sebagai berikut.

(1) Material Tempat Dilakukan Penggambaran

Material yang akan dipakai harus memiliki dimensi kestabilan yang tinggi. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga ketelitian dan untuk memberikan keseimbangan yang baik bagi warna yang berbeda. Plastik film merupakan material gambar yang baik di dalam kartografi reproduksi. Plastik film memiliki permukaan yang halus untuk menggambar, tetapi memiliki kelemahan karena menarik lemak sehingga terlebih dahulu harus dibersihkan dengan bedak dan keadaan tangan harus tetap dalam keadaan bersih.

Tinta gambar tidak dapat menembus plastik, tetapi akan melekat apabila tintanya sudah kering. Jadi, penggambaran pada media plastik harus dikerjakan dengan sangat hati-hati karena harus menunggu tintanya kering. Koreksi penggambaran dilakukan dengan scraping (dikerok) atau dihapus dengan kain sebelum tinta tersebut kering.

Tinta yang digunakan untuk pembuatan peta harus yang berkualitas baik, misalnya tahan air (waterproof), hitam kelam, tahan lama, dan harus cepat kering.

Untuk penggambaran pada PVC, plastik (astralon, astrafoil) biasanya dipakai tinta Pelikan K yang memenuhi persyaratan tersebut. Untuk plastik material, dipakai tinta Pelikan TT. Pelikan T biasanya digunakan untuk penggambaran pada kertas biasa atau plastik, sedangkan Pelikan TN adalah tinta spesial untuk penggambaran pada photographic film.
Tinta Gambar peta
Gambar 33. Tinta Gambar Pemilihan jenis tinta yang akan digunakan untuk menggambar peta harus disesuaikan dengan media gambar.
(2) Tipe Pena yang Dipakai

Jenis pena yang digunakan juga tidak boleh sembarangan, harus diupayakan menggunakan pena yang berkualitas. Pena yang paling sederhana, di antaranya mapping pen dapat digunakan untuk pekerjaan dengan tangan bebas (free hand). Untuk menggambarkan garis lurus dan garis kurva dengan bermacam-macam ketebalan dipakai rulling pen karena dengan pena tersebut dapat diatur ketebalan tintanya. Saat ini, telah banyak pena yang berkualitas baik, yaitu reservoir pen antara lain Rapidograph, Rotring, Faber Castle, dengan ukuran yang bervariasi mulai ketebalan 0,1 mm sampai 1,2 mm.
Mapping Pen
Gambar 33. Mapping pen merupakan pena paling sederhana yang bisa dipergunakan untuk perkerjaan dengan tangan bebas.
b) Penggoresan

Penggoresan sering pula dinamakan scribing. Scribing adalah salah satu teknik penggambaran yang dilakukan dengan pena scribing. Alat yang dipakai untuk scribing memiliki bentuk dari yang paling sederhana sampai yang paling rumit, terbuat dari sejenis batu permata.
Scribing Straight graver graver
Gambar 34. Jenis-Jenis Scribing a) Straight graver b) Swifel graver.
Alat yang sering dipakai adalah pena scribing yang terdiri atas baja atau campuran lain, seperti kawat wolfram dan lain-lain.

Keuntungan dari scribing, di antaranya sebagai berikut.
  1. Kualitas garis yang dihasilkan tampak lebih rapih, baik, dan memiliki bentuk yang relatif tetap.
  2. Tidak begitu memerlukan keterampilan khusus, seperti pada pekerjaan meng gambar, yang terpenting adalah keuletan dan ke hati-hatian.
  3. Efektif dan efisien.
  4. Penempatan Nama
Lettering pada suatu peta sangat diperlukan. Lettering harus diupayakan secara hati-hati dan benar. Kesalahan pada lettering akan menimbulkan kebingungan pembaca peta, sehingga sulit dibaca dan ditafsirkan oleh pengguna.
Lettering Template Set
Gambar 35. Lettering Template Set Pemilihan ukuran lettering disesuikan dengan jenis dan besar peta yang akan dihasilkan.
Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam lettering suatu peta, yaitu sebagai berikut.
a) Corak atau macam huruf, meliputi ketebalan garis dan huruf serta coretan pada awal dan akhir setiap huruf (Serif).
b) Bentuk huruf, meliputi huruf besar, huruf kecil, kombinasi huruf- besar kecil, tegak (Romana, upright), miring (italic). Huruf-huruf yang dipakai pada kartografi modern disebut Sans Serif (gothic).
c) Ukuran huruf, dinyatakan dalam istilah point size. Satu point size memiliki tinggi lebih kurang 0,35 mm (1/27 inci). Point size merupakan jarak tepi atas (ascender) dan tepi bawah (descender).
d) Kontras antara huruf dan latar belakang (background).
e) Metode lettering, dibedakan atas tiga kategori, yaitu sebagai berikut.

(1) Stick up lettering

Metode ini paling baik dibandingkan dengan metode lain nya karena memiliki beberapa kelebihan, yaitu:
(a) lebih cepat;
(b) tidak membutuhkan keahlian khusus; dan
(c) jika posisi huruf atau nama kurang tepat, masih dapat diperbaiki. Umumya stick up lettering dicetak pada plastik yang balikannya diberi perekat. Cara penempelannya dilakukan dengan memotong nama demi nama atau huruf demi huruf. Cara lain penempelannya dilakukan dengan mengosok setiap huruf. Ada dua jenis cara mereproduksi stick up lettering yaitu nonimpact (photography, electronic) dan impact (dengan mesin ketik atau pencetakan).

(2) Computer Assisted Lettering

Perkembangan pemakaian peralatan komputer grafik mendorong kartografer untuk menerapkan beberapa metoda letering secara elektronis. Dengan cara ini, peta diberi namanama dengan vector plotter atau raster printer. Kelemahan metode letering dengan komputer adalah pada penempatan nama karena komputer hanya dapat menempatkan nama-nama tersebut secara lurus dan horizontal.

(3) Sistem Mekanis, Letering dengan Tinta

Peralatan mekanis yang membantu pelaksanaan letering dengan tinta, yaitu leroy, wrico, dan varigraph. Pengoperasikan ketiga alat tersebut menggunakan bantuan template dan pena khusus. Dari ketiga alat tersebut, varigraph merupakan alat yang paling baik karena dapat mengubah bentuk huruf.
Leroy Template Set
Grafik 36. Leroy Template Set Peralatan yang dipergunakan untuk proses scribing dalam pembuatan peta dan pemetaan.
f) Penempatan nama atau huruf

Penempatan nama sering merupakan pekerjaan yang sukar terutama untuk peta yang padat dengan nama-nama fenomena. Penempatan nama harus jelas dan mudah dibaca para pengguna.

Ada beberapa ketentuan atau aturan tentang penempatan nama, yaitu sebagai berikut.
  1. Nama-nama dalam suatu lembar peta harus teratur susunannya, sejajar dengan tepi bawah peta (peta skala besar) atau sejajar dengan grid (peta skala kecil).
  2. Nama-nama yang tercantum dapat memberi keterangan dari unsur-unsur yang berbentuk titik, garis, dan area. Untuk fenomena yang menggunakan titik, seperti kota, bangunan, dan gunung sebaiknya diletakkan di samping kanan agak ke atas dari unsur tersebut. Fenomena yang berbentuk linier, seperti sungai, pantai, jalan, dan batas wilayah administratif sebaiknya diletakkan sejajar dengan unsur tersebut. Sungai yang berupa garis sebaiknya ditempatkan sedikit di atas objeknya. Fenomena yang memerlukan keterangan luas, seperti negara, danau, dan pegunungan sebaiknya penamaan ditempatkan memanjang.
  3. Nama-nama harus terletak bebas satu dengan lainnya dan diusahakan tidak terganggu simbol-simbol lainnya. Nama-nama tidak boleh saling berpotongan kecuali apabila ada nama yang huruf-hurufnya memiliki jarak yang jelas.
  4. Apabila nama-nama harus ditempatkan melengkung, bentuk dari lengkungan harus teratur.
  5. Nama-nama yang terpusat di suatu titik lokasi harus diatur sedemikian rupa sehingga terlihat tidak terlalu mepet.
  6. Atribut kontur ditempatkan di celah-celah tiap kontur dimana penem patannya teratur sehingga tiap angka terbaca dan terdapat ada arah mendaki lereng.
  7. Pemilihan huruf bergantung pada perencanaan kartografer sendiri. Akan tetapi, jenis-jenis huruf tersebut harus sama pada keseluruhan isi peta. Ada beberapa aturan tentang pemakaian jenis huruf. Misalnya, huruf-huruf tegak lurus untuk nama-nama fenomena budaya (kota, jalan, lalu lintas), dan huruf miring untuk nama-nama unsur fisik (sungai, danau, pegunungan).
Aturan Penempatan Nama pada Peta
Gambar 37. Aturan Penempatan Nama pada Peta a) Salah b) Benar
Pada dasarnya, tidak ada aturan yang baku mengenai pemilihan jenis huruf karena diserahkan sepenuhnya pada kartografer dengan tetap memerhatikan prinsip agar peta tersebut dapat memberikan kemudahan bagi para penggunanya.

5) Koreksi Kesalahan

Permasalahan yang muncul pada pemetaan dengan menggunakan alat sederhana antara lain:

a) ketidaktelitian membaca arah (azimuth magnetis) pada kompas;
b) kecerobohan pengukuran jarak dengan meteran.

Kekurangtelitian dan kecerobohan tersebut terutama terjadi pada garis-garis ukur yang membentuk poligon tertutup. Seharusnya titik A dan titik terakhir berhimpit. Namun pada penggambarannya, titik tidak berhimpit, tetapi menjadi A¹. Hal tersebut perlu dikoreksi dengan menggunakan jarak kesalahan secara proporsional di tiap titik B, C, D dan E. Caranya sebagai berikut.

Membuat garis lurus A, B, C, D , E yang jaraknya sama dengan jarak pada poligon A, B, C, D, E. Misalnya, jarak A - B pada poligon 4 cm, maka jarak pada garis A - B juga 4 cm. Begitu juga dengan B, C, D dan E, dan E - A¹. Buatlah garis tegak lurus ke atas dari titik A¹ sesuai dengan panjang kesalahannya, yaitu a. Kemudian dari garis kesalahan tersebut kemudian tarik garis ke titik A. Buatlah garis sejajar dengan garis kesalahan (a) pada titik B, C, D, dan E.
Cara Mengoreksi Kesalahan secara Proporsional
Gambar 38. Cara Mengoreksi Kesalahan secara Proporsional.
Percobaan Sederhana Geografi 1 :

Materi yang telah dijelaskan sebelumnya mengenai peta dan proses pembuatan peta sudah cukup membekali Anda untuk berlatih mendesain peta hasil buatan sendiri. Bagilah anggota kelas Anda menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri atas 4-5 orang.

Berlatihlah membuat peta sederhana mengenai lingkungan sekolah Anda sendiri. Prinsip kerjanya sebagai berikut.

1. Bagilah anggota kelompok berdasarkan klasifikasi kerja yang berbeda, yaitu:
a. 1 orang untuk pengukur derajat (compass man);
b. 1 orang untuk pengukur jarak antartitik;
c. 1 orang untuk mencatat setiap hasil pengukuran;
d. 2 orang untuk membuat sketsa gambar dan pelaksana lainnya.
2. Peralatan yang akan Anda gunakan, yaitu 1 buah kompas magnetik dan 1 buah meteran gulung.
3. Tentukan titik-titik pengukuran dan skala yang akan digunakan sebelum Anda melakukan pengukuran sesuai dengan gambar yang akan dihasilkan.
4. Pengukuran untuk setiap titik dilakukan dengan menggunakan teknik berantai (chain survey) untuk menjamin keterkaitan antartitik.
5. Catatlah setiap hasil pengukuran di dalam kertas tabel yang berisi mengenai besarnya sudut antar titik dan panjangnya.
6. Bagi Anda yang bertugas untuk membuat sketsa, gambarlah setiap titik pengukuran di dalam kertas milimeter blok. Pencantuman jarak setiap titik harus disesuikan dengan skala peta yang sebelumnya telah disepakati.
7. Setelah semua titik pengukuran telah berhasil diukur, pekerjaan selanjutnya adalah pengecekan kelengkapan data hasil pengukuran dengan jumlah titik pengukuran.
8. Tahap akhir dari pekerjaan Anda adalah memindahkan sketsa pengukuran ke dalam bentuk peta yang sebenarnya melalui perbandingan skala. Gambarlah di atas kertas kalkir dengan menggunakan drawing pen atau mapping pen. Bubuhkan berbagai simbol yang sesuai dengan bentuk-bentuk penggunaan yang ada atau Anda dapat membuat sendiri simbol tersebut.
9. Hasilnya dapat Anda pamerkan pada majalah dinding di sekolah Anda. Pekerjaan pembuatan peta ini dapat Anda jadikan sebagai proyek ilmiahyang dapat memacu motivasi Anda untuk lebih giat belajar.

C. Klasifikasi Data, Tabulasi Data, dan Pembuatan Grafik untuk Sebuah Peta

1. Klasifikasi Data

Mengapa data perlu diklasifikasikan? Apakah yang Anda ketahui mengenai klasifikasi data. Klasifikasi data dilakukan untuk mempermudah pembacaan dan penggambaran data ke dalam bentuk peta. Secara sederhana klasifikasi data sering diartikan juga pengelompokan data. Klasifikasi data dilakukan pada data yang jumlahnya banyak dan sifatnya sangat variatif. Berikut disajikan contoh cara klasifikasi data:

Berikut ini disajikan contoh dari klasifikasi, tabulasi dan pembuatan grafik. Jika diketahui data siswa di Kelas XII SMA Mutiara sebanyak 35 orang. Komposisi kelas terdiri atas siswa laki-laki dan perempuan. Jumlah siswa laki-laki 20 orang, sedangkan siswa perempuan 15 orang. Berikut klasifikasi data siswa SMA Mutiara berdasarkan jenis kelamin dan tinggi badan.

Tabel 1. Data Siswa, Jenis Kelamin, dan Tinggi Badan Kelas XII SMA Mutiara

No.
Nama
Jenis Kelamin
Tinggi Badan (Cm)
1.
Agus Sopandi
L
165
2.
Akmaludin
L
168
3.
Annisa Nursinta
P
157
4.
Anita Nuraeni
P
160
5.
Andri Sofyan
L
172
6.
Arief Rahman
L
175
7.
Aziz Nurjaman
L
180
8.
Beti Nurcahyani
P
158
9.
Boby Agustinus
L
186
10.
Citra Laurentina
P
155
11.
Dody Martadi
L
173
12.
Diana Nursinta
P
156
13.
Desi Susilawati
P
160
14.
Gitawati
P
158
15.
Ismanudin
L
177
16.
Nabilla Tresnawati
P
168
17.
Nasrul Mahmudin
L
172
18.
Nina Nurhasanah
P
157
19.
Nita Setiawati
P
159
20.
Nurmanhadi
L
168
21.
Nungki Ariesta
L
158
22.
Raflie Kurniawan
L
160
23.
Rahmat Hidayat
L
165
24.
Rizwar Rustandar
L
178
25.
Renita
P
157
26.
Robi Robiana
L
172
27.
Susi Susilawati
P
160
28.
Tania Destiani
P
155
29.
Wina Agustiana
P
154
30.
Wawan
L
159
31.
Wendi Rustandi
L
172
32.
Yani Maryani
P
153
33.
Yogie Darmawan
L
165
34.
Yudi Nugraha
L
170
35.
Zulkifli Bahtiar
L
175

2. Tabulasi Data

Pada kegiatan observasi, Anda sering dihadapkan pada data yang jumlahnya banyak dan variatif. Misalnya, ada pihak yang meminta jumlah data berdasarkan jenis kelamin, Anda akan mendapatkan kesulitan. Oleh karena itu harus dibuat tabulasinya terlebih dahulu. Bentuk tabulasi dapat disajikan ke dalam bentuk tabel, grafik, dan atau diagram. Jika sudah ditabulasi, Anda dapat melihat data yang mencerminkan keadaan sesungguhnya dari suatu wilayah atau suatu fenomena dalam tempo yang tidak terlalu lama. Misalnya, data berikut dibuat berdasarkan data dari Tabel 1. dengan menggunakan interval 5.

Tabel 2. Data Siswa Berdasarkan Jenis Kelamin dan Tinggi Badan

Tabel Data Siswa Berdasarkan Jenis Kelamin dan Tinggi Badan

3. Pembuatan Grafik

Data dapat juga ditampilkan dalam bentuk grafik. Penampilan data melalui grafik, membuat data lebih menarik dan lebih mudah untuk dipahami. Berikut ini adalah berbagai bentuk grafik yang diolah dari data pada Tabel 2.

a. Grafik lingkaran (pie graph), adalah grafik yang berupa lingkaran dengan jari-jari lingkaran yang membagi lingkaran itu secara proposional antara sudut lingkaran dengan persentase data.
Grafik Lingkaran (Pie Graph)
Grafik 40. Grafik Lingkaran (Pie Graph) Grafik lingkaran menjadi salah satu bentuk tampilan tabulasi data.
Langkah-langkah membuat grafik lingkaran antara lain sebagai berikut.
  1. Pengambilan data, misalnya data jumlah penduduk, curah hujan, atau mata pencaharian utama penduduk.
  2. Mengalihkan data ke dalam bentuk persentase (%) terhadap total jumlah data.
  3. Membuat lingkaran dan jari jari dengan perbandingan yang proporsional antara persentase data dengan sudut lingkaran.
Grafik Batang (Bar Graph)
Grafik 41. Grafik Batang (Bar Graph).
b. Grafik batang (bar graph), adalah grafik yang datanya digambarkan oleh segi empat, baik yang berbentuk horizontal maupun vertikal. Grafik batang dapat difungsikan sebagai media penjabaran dinamika dan komposisi penduduk. Berikut disajikan grafik batang berdasarkan data pada Tabel 2.
Grafik Garis (Line Graph)
Gambar 42. Grafik Garis (Line Graph).
c. Grafik garis (line graph), yaitu grafik yang datanya digambarkan dalam bentuk garis atau titik-titik. Grafik garis juga disajikan dengan sumbu. Berikut contoh grafik garis berdasarkan data pada Tabel 2.

Geografika :

Tabulasi adalah suatu cara pengumpulan data melalui penyusunan menurut lajur yang telah tersedia; penyajian dalam bentuk tabel atau daftar untuk memudahkan pengamatan dan evaluasi. (Sumber: Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005)

Grafik adalah suatu cara tampilan data melalui lukisan atau gambaran pasang-surut (turun-naik) keadaan atau dinamika suatu data. Gambaran dapat berupa garis atau gambar. (Sumber: Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005)

D. Analisis Lokasi Industri dan Pertanian

Peta pada dasarnya merupakan sarana komunikasi antara pembuat dan pemakai peta. Dalam sebuah peta mengandung begitu banyak informasi yang dapat dipergunakan untuk berbagai kepentingan.

Dewasa ini, penggunaan peta tidak terbatas pada penggunaan dalam pekerjaan teknik atau petualangan semata. Akan tetapi, sudah merambah ke berbagai jenis bidang kegiatan dari kegiatan ekonomi sampai ke pada perencanaan pembangunan dan pengembangan wilayah. Kemajuan dalam dunia perhubungan dan telekomunikasi telah turut serta menjadi pendorong pemanfaatan peta secara meluas.

Pembuatan peta digital menjadi salah satu bukti adanya pemanfaatan teknologi komputer dalam pembuatan peta. Pada tahap-tahap awal perkembangannya, sebuah peta diproduksi hanya dengan menggunakan keterampilan tangan dan ketajaman seni pembuat peta. Sehingga, pembuatan sebuah peta dengan teknik manual ini sangat memakan waktu, biaya, dan tenaga pembuat peta.
Replika Peta Digital
Gambar 43. Replika Peta Digital Pada awal perkembangannya, peta digital seperti gambar ini hampir tidak mungkin dapat dibuat.
Geografika :

Lokasi industri adalah suatu areal atau wilayah di permukaan bumi yang difungsikan sebagai tempat melakukan proses atau kegiatan menghasilkan barang dengan menggunakan mesin atau peralatan lainnya. (Sumber: Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005)

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, peta dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan, beberapa di antaranya dapat dipergunakan untuk menganalisis keberadaan lokasi industri dan pertanian. Kedua bidang tersebut akan dikaji pada pembahasan berikut.

1. Analisis Lokasi Industri

Industri pada dasarnya merupakan kegiatan manusia dalam mengolah sumber daya yang ditujukan untuk kemakmuran manusianya sendiri. Bentuk kegiatannya dapat berlangsung dalam berbagai bidang kegiatan, antara lain industri pengolahan bahan mentah menjadi bahan setengah jadi dan pengolahan bahan setengah jadi menjadi barang jadi.

Keberadaan sebuah lokasi industri di suatu wilayah dipengaruhi oleh berbagai faktor, di antaranya:

a. bahan mentah;
b. sarana transportasi; dan
c. pemasaran.

Berdasarkan ketiga faktor tersebut, penentuan sebuah lokasi industri dapat mengadopsi berbagai teori-teori pembangunan wilayah, seperti Teori Konsentris, Teori Sektor, Teori Tempat Sentral, dan Teori Inti Ganda. Setiap teori tersebut berdasar pada per timbangan penempatan lokasi pada suatu wilayah yang dapat dijangkau oleh komponen lapisan masyarakat sebagai pengguna.

Keberadaan sebuah lokasi industri di suatu wilayah dapat diidentifikasi dari sebuah peta dengan memerhatikan ketampakan fisiknya. Beberapa ketampakan tersebut antara lain sebagai berikut.

a. Bentuk bangunan pada umumnya menampakkan bangun matematis persegi panjang. Dalam peta topografi diberi simbol bentuk persegi panjang warna hitam.
b. Lokasinya hampir selalu berdekatan dengan jalan raya.
c. Penempatannya berada pada dataran rendah dan berdekatan dengan sumber air. Pada dasarnya setiap kegiatan industri tidak dapat melepaskan diri dari kebutuhan akan ketersediaan air. Dataran rendah pada peta topografi dicirikan dengan ketampakan kontur jarang yang menandakan daerah datar-landai.
d. Bagi beberapa lokasi industri, lokasinya hampir berdekatan dengan pasar untuk mempercepat proses dan distribusi pemasaran barang.

2. Analisis Lokasi Pertanian

Negara Indonesia dikenal sebagai negara agraris. Sebuah negara yang hampir setiap wilayahnya ditumbuhi oleh vegetasi yang tumbuh subur dari mulai jenis vegetasi alami sampai vegetasi hasil budidaya manusia. Kita wajib bersyukur dapat hidup dan tinggal di negeri yang kaya akan ketersediaan potensi sumber daya alam. Sebagian besar penduduk Indonesia dewasa ini masih terkonsentrasi di wilayah perdesaan dan mengandalkan sumber mata pencariannya dari sektor agraris. Hal ini dapatlah dipahami, karena pada dasarnya kemajuan sektor perekonomian Indonesia berawal dari sektor agraris.

Siklus cara dan teknik pertanian yang dilakukan para petani sekarang ini di setiap wilayah yang berbeda perkembangan sangat pesat. Beberapa hal di antaranya yaitu penerapan berbagai hasil inovasi teknologi dalam dunia pertanian. Ditemukan nya bibit unggul membantu petani memperbesar hasil panen karena bibit unggul ini dirancang sedemikian rupa untuk disesuaikan dengan jenis, lahan, dan hama yang kemungkinan akan menyerangnya. Sehingga, hasil panen yang didapatkan petani dapat melebihi hasil panen dari varietas padi yang biasa digunakan. Ditemukannya mesin traktor membantu petani dalam menghemat waktu, biaya, dan tenaga yang kemungkinan besar dikeluarkan dalam mengolah sawah.

Kemajuan dalam cara dan teknik pertanian tentu saja diikuti oleh perkembangan dalam bidang sistem informasi pertaniannya. Dewasa ini terutama pihak para penentu kebijakan, mulai mengadopsi hasil kemajuan ilmu pengetahuan berupa sistem informasi yang berbasiskan peta. Sangatlah tepat jika pengadopsian teknologi ini ditujukan untuk meningkatkan kemajuan dalam bidang pertanian.

Output dari hasil sistem informasi tersebut dapat dijadikan sebagai data acuan pengembangan bagi wilayah-wilayah pertanian yang tersebar hampir di seluruh wilayah negara Indonesia. Setiap wilayah pertanian tersebut memiliki ciri dan karakteristik berbeda, baik dari kondisi lahan dan kondisi klimatologisnya. Di sinilah peran teknologi perpetaan sebagai sebuah ilmu analisis wilayah melalui penterjemahan bentuk muka bumi dalam bidang datar.

Ketampakan lahan-lahan pertanian dalam sebuah peta dapat dengan mudah diidentifikasi. Karena, dalam peta telah berisi simbol-simbol yang dirancang sedemikian rupa, sehingga memudahkan pembaca dalam penggunaannya.
Peta Rupabumi Digital Indonesia
Gambar 44. Peta Rupabumi Digital Indonesia Skala1:25.000 Lembar 1209-323 Desa Sukamulya Ketampakan Fisik Sawah Tadah Hujan Pada Peta Topografi
Ketampakan fisik wilayah pertanian dalam peta topografi dapat diidentifikasi dari beberapa parameter berikut.
  1. Lokasi pertanian terutama pertanian lahan basah terletak pada dataran rendah. Ketampakan dalam peta topografi dicirikan dengan garis kontur renggang. Penempatan lokasi pertanian pada dataran rendah dikarenakan jenis pertanian ini sangat membutuhkan ketersediaan air untuk membantu pertumbuhan tanaman. Khusus untuk jenis tanaman pertanian yang sedikit membutuhkan suplai air, biasanya terletak di dataran yang agak tinggi. Pada peta topografi dicirikan dengan adanya garis kontur agak rapat. Contoh lokasi pertanian yang berada di dataran rendah adalah Karawang sebagai lumbung padi provinsi Jawa Barat.
  2. Pada beberapa wilayah, lokasi pertanian ini hampir berdekatan dengan sungai dan jalan raya. Hal ini ditujukan untuk mempermudah pengangkutan dan distribusi hasil pertanian.
Rangkuman :

a. Peta adalah suatu gambaran atau representasi unsur-unsur ketampakan abstrak yang dipilih dari permukaan bumi, yang ada kaitannya dengan permukaan bumi atau benda-benda angkasa.

b. Di dalam peta terdapat 3 hal penting yaitu dipilih, bidang datar, diperkecil.

c. Fungsi peta antara lain digunakan untuk:

  1. menunjukkan lokasi;
  2. memperlihatkan ukuran;
  3. memperliharkan kecenderungan bentuk;
  4. menunjukkan ketinggian tempat; dan
  5. mengumpulkan dan menyeleksi data.
d. Proyeksi peta adalah suatu sistem yang memberikan hubungan antara posisi titik-titik di bumi dengan di peta.

e. Beberapa dasar pertimbangan dalam sistem klasifikasi proyeksi peta dapat digolongkan sebagai berikut.

1. Pertimbangan Ekstrinsik

Proyeksi dibedakan ke dalam tiga bagian yaitu berdasarkan bidang proyeksi (proyeksi azimutal, kerucut, dan silinder), berdasarkan bidang persinggungan (tangen, secan, polysuperficial), dan berdasarkan posisi sumbu simetri terhadap bidang proyeksi (proyeksi normal, miring, dan transversal).

2. Pertimbangan Intrinsik

Proyeksi dibagi menjadi dua yaitu berdasarkan sifat-sifat asli (proyeksi ekuivalen, konform, ekuidistan) dan berdasarkan generasi (geometris, matematis, dan semi geometris).

f. Komponen kelengkapan sebuah peta terdiri atas judul, skala, legenda atau keterangan, tanda orientasi, warna dan simbol, serta sumber dan tahun pembuatan peta.

g. Memperbesar dan memperkecil sebuah peta dapat dilakukan dengan memperbesar grid dan fotocopy.


Anda sekarang sudah mengetahui Peta. Terima kasih anda sudah berkunjung ke Perpustakaan Cyber.

Referensi :

Utoyo, B. 2009. Geografi: Membuka Cakrawala Dunia untuk Kelas XII Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah Program Ilmu Pengetahuan Sosial. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, p. 202.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar