Jumat, 08 Februari 2013

Dongeng Binatang dan Dongeng Biasa : Pengertian, Contoh, Jenis / Macam

Artikel dan Makalah tentang Dongeng Binatang dan Dongeng Biasa : Pengertian, Contoh, Jenis-jenis / Macam-macam - Dongeng adalah cerita pendek kolektif kesusastraan lisan. Selanjutnya dongeng adalah cerita prosa rakyat yang tidak dianggap benar-benar terjadi. Dongeng diceritakan terutama untuk hiburan, walaupun banyak juga yang melukiskan kebenaran, berisikan pelajaran moral atau bahkan sindiran. Dongeng juga memiliki kesamaan unsur-unsur cerita dengan daerah-daerah lain. Cerita Cinderella misalnya dalam versi Indonesia juga dikenal dengan ”Bawang Merah dan Bawang Putih”, ”Si Melati dan Si Kecubung”, dan ”I Kesuna Ian I Bawang” (di Bali). (Baca juga : Jejak Sejarah)

1. Dongeng Binatang

Dongeng binatang adalah dongeng yang ditokohi oleh binatang, baik binatang peliharaan maupun binatang liar. Binatang-binatang tersebut dapat berbicara dan berakal budi seperti manusia. Pada suatu kebudayaan binatang-binatang itu terbatas pada beberapa jenis. Di Eropa (Belanda, Jerman dan Inggris) binatang yang sering menjadi tokoh cerita adalah rubah (fox) yang bernama Reinard de Fox. Di Amerika, pada kebudayaan masyarakat Negro kelinci yang bernama Brer Rabit, pada masyarakat Indian Amerika coyote (sejenis anjing hutan), rubah, burung gagak, dan laba-laba, di Indonesia kancil (pelanduk) dengan nama sang Kancil atau seekor kera, dan di Filipina. Binatang-binatang itu semua mempunyai sifat yang cerdik, licik dan jenaka. Tokoh sang Kancil misalnya dalam ilmu folklor disebut dengan istilah the trickster atau tokoh penipu.

Suatu bentuk khusus dongeng binatang adalah fabel, yaitu dongeng binatang yang mengandung moral (ajaran baik buruk). Di Jawa Tengah dan Jawa Timur dongeng yang berupa fabel disebut tantri. Menurut C. Hooykaas, cerita tantri berasal dari naskah Pancatantra yang sudah mengalami proses adaptasi.


Contoh tentang tantri dikemukakan oleh Hooykaas dalam cerita ”Seorang Brahmana dan Anjing Hutan yang Tak Tahu Membalas Budi.” Jika cerita aslinya dalam Pancatantra mengenai seorang yang menolong seekor ular. Namun, ular yang ditolong itu hendak menelan orang itu maka pada versi Jawa tokoh-tokoh cerita berubah menjadi seorang brahmana dengan seekor anjing hutan. Jika pada cerita aslinya, tokoh penengahnya adalah seekor rubah maka pada versi Jawa dari cerita tantri, tokoh penengahnya adalah seekor kancil. Kedua cerita itu mengandung tipe cerita yang sama, yaitu ”binatang yang ditolong mengancam penolongnya” atau ”binatang yang tak kenal budi kembali ke dalam kurungannya.”

Seorang Brahmana telah membebaskan seekor anjing hutan yang telah terkurung dalam perangkap. Namun, setelah bebas ia tidak berterima kasih, bahkan hendak menelan si Brahmana. Akhirnya Brahmana ditolong oleh sang Kancil yang diminta bantuannya sebagai penengah. Dengan tipuannya sang Kancil meminta supaya si Anjing Hutan mengulangi lagi kejadiannya maka si Anjing Hutan dapat terkurung lagi dalam perangkap sehingga dibunuh oleh pemburu yang memasang perangkap.

b. Dongeng Biasa

Dongeng biasa adalah jenis dongeng yang ditokohi manusia dan biasanya adalah kisah suka duka seseorang. Di Indonesia dongeng biasa yang populer adalah yang bertipe ”Cinderella”, yaitu seorang wanita yang tidak ada harapan (unpromissing heroin). Dongeng biasa yang bertipe Cinderella ini bersifat universal karena tersebar ke segala penjuru dunia. Ada beberapa dongeng biasa yang bertipe Cinderella di Indonesia, misalnya dongeng “Ande-Ande Lumut” dan “Si Melati dan Si Kecubung” di Jawa Tengah dan Jawa Timur, “Bawang Putih dan Bawang Merah” di Jakarta, “I Kesuna Ian I Bawang” di Bali. Motif-motif dalam dongeng Ande-Ande Lumut memiliki kesamaan dengan cerita Cinderella, misalnya: ibu tiri yang kejam; tokoh wanita yang disiksa oleh ibu dan kakak-kakak tirinya; penolong gaib; bertemu dengan pangeran; pembuktian identitas; menikah dengan pangeran.
Ande-Ande Lumut
Gambar 1. Ilustrasi Cerita Ande-Ande Lumut. (Wikimedia Commons)
Selain, tokoh dongeng tipe Cinderella yang berjenis wanita, adapula yang berjenis laki-laki (Male Cinderella).Tokoh yang demikian ditemukan di Skandinavia dengan nama Askeladen yang berarti putra abu. Contoh dongeng semacam ini banyak di Indonesia. Di Jawa Tengah dan Jawa Timur misalnya dikenal dongeng Joko Kendil. Di Bali ada beberapa, antara lain dongeng tentang seorang yang bertubuh sebelah, seperti dongeng I Mrereng (Si Bandel), I Rare Sigaran ( Si Sebelah ), I Sigir, I Truna Asibak Tua Asibak ( Si Jejaka Sebelah, Tua Sebelah ), I Dukuh Sakti dan I Sibakan. Motif cerita orang separuh ini bersifat universal karena selain ada di Indonesia ada juga di Cina, India, di negara-negara Afrika, dan sebagainya.

Dongeng biasa lainnya di Indonesia yang juga memiliki penyebaran yang luas adalah yang bertipe ”Oedipus”, yaitu tentang perkawinan sumbang antara seorang laki-laki dengan ibu kandungnya (mother incest prophecy) dan pembunuhan ayah oleh putra kandungnya secara tidak sengaja. Di Indonesia dongeng yang setipe dengan Oedipus, yaitu dongeng Sangkuriang atau disebut juga ”Legenda Terjadinya Gunung Tangkuban Perahu” dari Jawa Barat. Di Jawa Tengah, Jawa Timur dan Bali terdapat mite ”Prabu Watu Gunung” dan dari Nanga Serawai Kalimantan Barat terdapat dongeng ”Bujang Munang”. Dongeng biasa lainnya di Indonesia yang penyebarannya luas adalah yang bertipe Swan Maiden (Gadis Burung Undan), yaitu dongeng atau legenda mengisahkan seorang putri yang berasal dari burung undan atau bidadari, yang terpaksa menjadi manusia karena kulit burungnya atau pakaian bidadarinya disembunyikan seseorang sewaktu ia sedang mandi. la kemudian menjadi istri laki-laki itu dan baru dapat kembali ke kayangan setelah menemukan kembali kulit, pakaian burung atau pakaian bidadarinya. Dongeng biasa seperti ini selain terdapat di Indonesia juga terdapat di India, Spanyol, Jerman, Perancis, Arab, Persia, Polinesia, Melanesia, Australia dan Eskimo. Beberapa contoh dari Indonesia adalah dongeng Raja Pala dari Bali, Joko Tarub dari Jawa Timur (Tuban) dan Pasir Kujang dari Pasundan, Jawa Barat.

Tampaknya cerita rakyat Indonesia, khususnya yang berasal dari suku bangsa Jawa, Sunda, dan Bali banyak memperoleh pengaruh dari luar. Walaupun demikian, tidak berarti bahwa mereka telah mengambil alih begitu saja dari luar, melainkan telah mereka olah terlebih lanjut sesuai dengan kebudayaan mereka sehingga tidak terasa keasingannya. Keadaan demikian wajar, sebab sejarah bangsa Indonesia sejak dahulu kala memang bersentuhan dengan peradaban-peradaban besar seperti Hindu, Islam, Cina dan Ero-Amerika.

Anda sekarang sudah mengetahui Dongeng Binatang dan Dongeng Biasa. Terima kasih anda sudah berkunjung ke Perpustakaan Cyber.

Referensi :

Hendrayana. 2009. Sejarah 1 : Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah Jilid 1 Kelas X. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, p. 202.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar